Kamis, 03 Maret 2011

Untuk Saudaraku Yang Sedang Sakit

Wahai saudaraku, andaikan anda tahu bahwa apa yang sedang menimpa diri anda sekarang adalah bagian dari suratan taqdir yang tidak bisa dielakkan, maka raihlah ribuan pahala yang telah Allah sediakan bagi anda jika anda menerima suratan taqdir ini dengan ridha dan kesabaran, sungguh luar biasa keberuntungan orang-orang yang sabar menerima taqdir-Nya tatkala ditimpa musibah.

Wahai saudaraku, simak dan renungkan untaian-untaian nasehat dan mutiara hikmah di balik penyakit, derita, nestapa dan musibah yang sedang menerpa anda saat ini.

Penyakit Adalah Ujian Iman

Ingatlah wahai saudaraku yang sedang terbaring sakit bahwa apa yang anda alami sekarang ini adalah ujian dan cobaan dari Allah subhanahu wata’ala. Dan sadarilah bahwa kehidupan manusia di dunia ini tidak akan pernah lepas dari ujian dan cobaan, oleh karena itu renungkanlah firman Allah Allah subhanahu wata’ala berikut, artinya,
“Apakah manusia itu mengira bahwa mereka dibiarkan (saja) mengatakan;”Kami telah beriman”, sedang mereka belum diuji? Dan sesungguhnya Kami telah menguji orang-orang sebelum mereka, maka sesungguh Allah mengetahui orang-orang yang jujur (dalam keimanannya) dan sesungguhnya Diapun mengetahui orang-orang yang berdusta.” (QS. Al-Ankabut: 2-3)

Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda, “Sungguh mengagum-kan urusan seorang mukmin, sungguh seluruh urusannya adalah bernilai kebaikan, dan tiada seorangpun yang mendapatkan hal itu kecuali hanya seorang mukmin, jika mendapat nikmat dia bersyukur dan itu adalah baik baginya, dan jika tertimpa musibah dia bersabar dan itu adalah baik baginya.” (HR. Muslim)

Allah Allah subhanahu wata’ala Menguji Hamba-Nya Karena Cinta Kepada Hamba Tersebut.

Renunganlah wahai saudaraku, tatkala anda sedang terbaring sakit, maka ingatlah bahwa Allah Allah subhanahu wata’ala sedang menganugerahkan bentuk cinta-Nya kepada anda. Renungkan-lah hadits Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam berikut ini,
“Sesungguhnya besarnya pahala tergantung seberapa beratnya ujian, Dan sesungguhnya Allah l apabila mencintai suatu kaum, maka Dia menguji mereka, barangsiapa yang ridha (menerima cobaan dan ujian itu), maka dia mendapatkan keridhaan, dan barangsiapa yang murka (tidak ridha menerima cobaan dan ujian itu), maka dia mendapat kemurkaan.” (HR. At-Tirmizi)

Juga Renungkanlah hadits Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam berikut ini: ”Barangsiapa yang dikehendaki Allah lkebaikan pada dirinya maka Dia menimpakan cobaan kepadanya.” (HR. Al-Bukhari)

Sakit Merupakan Suratan Taqdir Yang Harus Diterima Dengan Kesabaran

Warna-warni kehidupan manusia tiada terpisah sedikitpun dari menjalani taqdir Ilahi, andaipun anda seorang dokter yang senantiasa melakukan tindakan preventif agar tetap sehat dan terjaga dari berbagai macam penyakit, tetap tidak mampu menolak ketetapan taqdir Allah Allah subhanahu wata’ala. Ingatlah wahai saudaraku! Semua musibah, penyakit dan apapun yang terjadi pada diri anda dan pada orang lain, itu semua merupakan takdir dari Allah, karena itu resapilah dalam-dalam firman Allah Allah subhanahu wata’ala berikut ini,
“Katakanlah, “Sekali-kali tidak akan menimpa kami melainkan apa yang telah ditetapkan oleh Allah lbagi kami. Dialah Pelindung kami, dan hanya kepada Allah orang-orang yang beriman harus bertawakal”. (QS. At-Taubah: 51)

Dan juga firman Allah Allah subhanahu wata’ala, artinya,
“Tiada suatu musibah pun yang menimpa seseorang kecuali dengan izin Allah; Dan barang siapa yang beriman kepada Allah, niscaya Dia akan memberikan petunjuk kedalam hatinya. Dan Allah Maha Mengetahui segala sesuatu”. (QS. At-Taghaabun: 11)

Bersifat ariflah anda dalam menyikapi penyakit ataupun musibah yang sedang anda alami, sebab semakin arif anda menyikapi musibah yang sedang menimpa anda, maka semakin banyak anda meraup nilai pahala yang sangat luar biasa, bersikaplah anda sebagaimana sikap seorang mukmin yang beriman kepada Takdir Allah Allah subhanahu wata’ala baik dan buruknya, niscaya musibah yang menimpa anda ini akan terasa lebih ringan.

Sakit Dan Musibah Adalah Sarana Untuk Meleburkan Dosa Dan Kesalahan

Dari Abu Hurairah a, dia berkata Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda,
“Sesunguhnya Allah benar-benar menguji hamba-Nya dengan penyakit, sehingga Dia menghapuskan darinya setiap dosanya.” (HR. Al-Hakim: 1/348)

Dalam hadits lain Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam ber-sabda, “Bencana senantiasa menimpa seorang mukmin dan mukminah pada dirinya, anaknya dan hartanya, sehingga dia bertemu dengan Allah l dalam keadaan tidak memiliki kesalahan.” (HR. At-Tirmizi 2399, Ahmad 2/450, Al-Hakim 1/346)

Juga Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda,
“Tiada seorang mukmin yang mengalami kesusahan terus-menerus, kepayahan, penyakit dan juga kesedihan, bahkan sampai kepada kesusahan yang menyusahkannya, melainkan akan dihapuskan dengan hal itu dosa-dosanya.” (HR. Muslim 4/1993)

Mendapatkan Derajat Yang Tinggi Di Sisi Allah Allah subhanahu wata’ala

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallambersabda,
“Tiadalah seorang muslim tertusuk duri atau yang lebih dari sekedar itu, melainkan ditetapkan baginya karena hal itu satu derajat dan menghapus pula satu kesalahan karena hal itu.” (HR. Muslim 4/1991)

Bahkan boleh jadi anda dalam catatan Taqdir termasuk seseorang yang mempunyai kedudukkan yang tinggi dan mulia di sisi Allah Allah subhanahu wata’ala, tetapi anda tidak mungkin bisa mencapai derajat yang mulia dan tinggi tersebut dengan hanya mengandalkan amal ibadah yang anda lakukan, atau anda tidak memiliki amal ibadah khusus yang bisa mengantarkan kepada kedudukan tersebut. Maka Allah Allah subhanahu wata’ala mendatangkan kepada anda secara terus menerus berbagai macam ujian, jika anda hadapi musibah-musibah itu dengan sabar dan tanpa ber-su’uzzhon terhadap-Nya, maka Allah Allah subhanahu wata’ala balas kesabaran anda itu dengan memberi kedudukan yang tinggi dan mulia, yang belum tentu bisa anda capai dengan amal ibadah.

Tentang hal ini Abu Hurairah a mengatakan, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda,
“Sesungguhnya seseorang benar-benar memiliki kedudukan di sisi Allah, namun tiada suatu amal apapun yang bisa meng-hantarkannya ke kedudukan tersebut, maka Allah lmemberikan cobaan kepadanya secara silih berganti dengan sesuatu yang tidak dia sukai, sehingga Allah mengantarkannya untuk sampai kepada kedudukan tersebut.” (HR. Abu Ya’la, Ibnu Hibban, Al-Hakim dan dia berkata: shahih sanadnya.)

Jalan Menuju Surga Terbentang Luas

Surga Allah subhanahu wata’ala hanya bisa diraih dengan sesuatu yang tidak disukai oleh hawa nafsu manusia. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda, “Surga itu dikelilingi dengan hal-hal yang tidak disukai (oleh hawa nafsu) dan sedangkan neraka itu dikelilingi dengan hal-hal yang disukai hawa nafsu.” (HR. Al-Bukhari & Muslim)

Kesabaran dan keridhaan anda menerima musibah adalah kunci untuk membuka pintu surga, tiada balasan bagi mereka yang bersabar dan ridha menerima taqdir Allah melainkan surga.

Simaklah firman Allah Allah subhanahu wata’ala berikut, artinya,
“Tiada suatu balasan yang lebih pantas di sisi-Ku bagi hamba-Ku yang beriman, jika Aku telah mencabut nyawa seseorang yang disayangi-nya dari penghuni dunia ini kemudian dia bersabar atas hal itu melainkan surga.” (HR. Al-Bukhari)

Menyucikan Jiwa dan Membersihkan Hati

Dalam keadaan sehat manusia itu sering melupakan Dzat yang memberinya nikmat kesehatan tersebut, sehingga kesehatannya itu terkadang mengundang dirinya untuk bersikap sombong, angkuh, bangga dan ujub, sebab dia merasa bisa melakukan apa saja yang dia inginkan tanpa ada yang menghalangi. Namun dengan adanya penyakit atau musibah yang Allah Allah subhanahu wata’ala timpakan kepada seseorang maka penyakit-penyakit hati seperti di atas bisa hilang dan bersih dari jiwa atas berkat rahmat dan karunia Allah.

Imam Ibnul Qayyim v berkata, “Hati dan ruh bisa mengambil pelajaran yang ber-manfaat dari penderitaan dan penyakit, kebersihan hati dan ruh itu tergantung sejauh mana penderitaan jasmani dan kesulitannya.”

Lebih lanjut beliau v mengungkapkan, “Kalau bukan karena cobaan dan musibah di dunia ini, niscaya manusia terkena panyakit hati seperti: Al-Kibr (kesombongan), Al-Ujub (bangga diri) dan Al-Qoswah (keras hati). Padahal sifat-sifat itulah yang menyebabkan kehancuran bagi seseorang di dunia dan di akhirat. Di antara rahmat Allah, kadang-kadang manusia tertimpa musibah, sehingga dirinya terlindungi dari berbagai penyakit hati dan terjaga kemurnian ubudiyyahnya (kepada Allah l). Mahasuci Allah yang merahmati manusia dengan musibah dan ujian.” (Syifaa-ul ‘Alil)

Musibah Sebagai Teguran Atas Kesalahan dan Dosa-Dosa Manusia

Dekatkanlah diri dan tingkatkanlah ketaqwaan kepada Allah Allah subhanahu wata’ala, serta memohon-lah kepada-Nya ampunan atas dosa-dosa dan segala kekhilafan, sebab manusia tiada yang luput dari dosa dan kesalahan, dan ingatlah bahwa salah satu hikmah Allah l menurun-kan penyakit pada diri kita adalah agar kita kembali ke jalan-Nya, firman Allah Allah subhanahu wata’ala, artinya,
“Dan sesungguhnya Kami merasakan kepada mereka sebagian adzab yang dekat (musibah dan penderitaan di dunia) sebelum datang adzab yang lebih besar (di akhirat); mudah-mudahan mereka kembali (ke jalan yang benar).” (QS. As-Sajadah: 21)

Ber-ikhtiyar-lah dan jangan putus asa dari rahmat Allah Allah subhanahu wata’ala.

Tatkala anda tertimpa musibah atau menderita suatu penyakit, maka berusahalah mencari solusinya agar bisa keluar dari kesulitan tersebut, dan yakinilah bahwa di balik setiap kesulitan pasti ada kemudahan, dan di balik setiap penyakit ada obatnya, lakukanlah langkah-langkah berikut ini:

Pertama: Berikhtiyarlah dengan tanpa melanggar larangan Allah dan Rasul-Nya, sebab Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam telah bersabda, “Sesungguhnya Allah yang menciptakan penyakit dan obatnya, maka berobatlah kalian tapi jangan berobat dengan cara yang diharamkan.” (Hadits ini dihasankan oleh Syekh Al-Albani dalam Ash-Shohihah)

Ke dua: Berdo’alah dengan penuh keyakinan bahwa Allah l mendengarkan pengaduan dan rintihan kepasrahanmu kepada-Nya. Dan tanamkanlah ke dalam keyakinan anda bahwa setelah kesulitan akan ada kemudahan.

Ke tiga: Dekatkan diri, tingkatkan ketaqwaan serta bertawakkallah kepada-Nya.

Ke empat: Perbanyaklah infaq dan shadaqah sebab Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam menjanjikan kesembuhan melalui bershadaqah, sebagai-mana sabdanya, “Obatilah orang-orang yang sakit di antara kalian dengan bershadaqah.” (Hadits ini dihasankan oleh Syaikh Al-Bani dalam Shahih Al-Jami’) (Isnain Azhar)

http://alsofwah.or.id/index.php?pilih=lihatannur&id=398

Tidak ada komentar:

Posting Komentar